Jumat, 28 April 2017

Jangan Banyak Menunggu

Betapa banyak orang-orang yang membohongi hati nuraninya sendiri, menutup hati mereka dari hidayah Allah SWT. Sampai pada akhirnya, mereka berujar: "Saya bukan tidak ingin baik, cuman Allah saja yang belum menerima menjadi seseorang yang baik." Ujaran dari mulut seorang hamba Allah yang begitu merdu terdengar dalam telinga. Seolah-olah, dia memposisikan dirinya hanya sebagai seorang korban PHP oleh Allah SWT, padaha sejak kapan Allah memberi harapan palsu kepada hamba-Nya.  

Begitulah pemandangan saat ini, kita sebagai manusia kembali lalai akan tugasnya. Ya..apalagi kalau bukan beribadah kepada-Nya itulah tugas kita yang paling utama. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hanya perlu terus berusaha untuk senantiasa menjalankan aktivitas ini menjadi suatu ibadah dihadapan Allah sebagai  bentuk rasa syukur kita kepada-Nya. Namun begitulah manusia, dengan hawa nafsunya terkadang kita berkeluh kesah akan kehidupan ini tidak bersyukur atas apa yang kita dapatkan selama ini. Ujaran di atas hanya sebagai salah satu dari banyak contoh. 

Sungguh sangat tidak terpuji ketika kita melontarkan kalimat seperti yang di atas. Betapa sayangnya Allah kepada kita, Allah memberikan waktu serta kesempatan untuk senantiasa berbenah, menjadi seseorang yang lebih baik. Namun kita sering membuang waktu, seakan  kita tidak diberi kesempatan. Padahal Allah begitu banyak memberi kesempatan kepada kita dengan rahmat dan hidayahnya, mungkin kita sendiri terkadang tidak peka akan rahmat dan hidayah-Nya. Berapa waktu yang kita habiskan untuk membuang kesempatan itu, dengan alasan menunda kebaikan? Justru dengan menunda seperti itu sampai kapan kita akan berbuat baik. Apakah kita terus akan seperti itu hingga rahmat dan hidayah-Nya pudar berganti dengan laknat-Nya? Na'udzubillah.

Mengapa kita harus menunggu mood kita sedang di atas, ketika ingin membat suatu kebaikan? Justru dengan kebaikan itu mood kita menjadi bertambah. Mengapa kita harus menunggu semagat, ketika inging bertadarus Quran atau Qiyamul-lail?Jusru dengan itulah semangat kita semakin bertambah dan kebaikan itulah yang akan membuat kita menjadi baik bukan menunggu waktu yang baik. Kalaulah kita menginginkan seseorang yang kita cintai, maka datangilah cinta itu. Karena kalau dirunggu bisa ditikung oleh sahabat sendiri dan itu pasti sakit (pengalaman teman). Begitupun kita.. Jangan terlalu lama menunggu terus datangnya hidayah dari-Nya. Karena kita tidak akan pernah tahu, kapan waktu menunggu itu akan berakhir.

Tetaplah kita optimis, semangat dan berharap ridha Allah dalam berusaha. Kalaulah putus asa melanda, maka renungkanlah QS. Az-Zumar ayat 53 yang artinya:

"Katakanlah (Muhammad) Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Begitulah keadaan kita, sebagai seorang muslim harus memiiki semangat untuk berubah lebih baik dari sebelumnya. Manfaatkan kesempatan waktu dan umur kita dengan sebaik mungkin, Karena keduanya akan dipinta pertanggung jawabannya oleh Allah. Bisa jadi dengan keduanya kita menadapat kemulian disisi-Nya, tapi tidak dapat dipungkiri juga dengan keduanya  kita bisa mendapat kehinaan. 

Teruslah berusaha lebih baik dalam setiap saat, tapi perlu kita ingat! Bahwa semuanya kita landaskan atas ridha Allah SWT agar mendapat kemulian disisi-Nya, bukan untuk mendapat kemulian dari makhluk-Nya.




Selasa, 24 Januari 2017

OM SYETAN OM!

OM SYETAN OM!

   Mungkin ketika kita mengamati judul tersebut mirip dengan ucapan yang sempat menjadi viral di Indonesia. Bahkan bukan hanya dinegeri kita tercinta, dinegara-negara seperti Amerika, Jepang, dan disebagian negara di Eropa ucapan tersebut menjadi viral yang sangat luar biasa. Ditambah faktor media sosial membantu hal tersebut menjadi terkenal. 

   "OM TELOLET OM..!" Ucapan itulah yang sempat heboh beberapa waktu yang lalu, kira-kira sebelum berakhirnya tahun 2016 kemarin. Tiga kata tersebut yang membuat orang-orang menjadi bahagia dan terhibur, seakan-akan beban yang ada dalam fikiran dan hati mereka hilang begitu saja. Dari anak-anak sampai orang dewasa, mereka sangat menikmati perkataan tersebut. Rela menunggu lama demi satu bis lewat dihadapan dan berteriak "om telolet om", pak supir pun membalas teriakan mereka dengan klakson khasnya yang berbunyi telolet. Pada akhirnya, ucapan tersebut memberikan saya inspirasi untuk membuat judul tulisan ini. Semoga dari tulisan yang banyak kelemahan ini, bisa bermanfaat khususnya bagi saya pribadi.

   OM SYETAN OM!! Mendengar kata tersebut tentu sudah tidak asing bagi kita. Anak kecilpun sudah tidak asing lagi dengan kata syetan. Bahkan sebagai orang, menggambarkan syetan dengan bentuk yang macam-macam. Mulai dari syetan yang memakai baju putih, memakai celana dalam berwarna hijau, berwujud anak kecil yang suka mencuri uang, bahkan yang dibungkus kain kafan dengan berjalan melompat-lompat, dsb. Ya Rabb, apakah mereka semua itu nyata? Sampai - sampai semua orang merasa takut akan syetan-syetan (hantu panggilan kesayangannya) tersebut, dan akhirnya mereka tidak merasa takut akan keagungan Engkau. Seperti itu yang disebut syetan? Sesuatu yang menyeramkan, yang akhirnya sering kita sebut hantu.

   Padahal pada faktanya, tidak seperti itu. Ibnu katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa syaitan itu di ambil dari kata bahasa arab yaitu : syathana, yang artinya jauh. jauh dari tabi'at manusia, dan jauh dengan fasiqnya dari setiap kebaikan. Maka dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa syaitan itu segala sesuatu yang jauh dan menjauhkan diri kita akan kebaikan.

   Namun yang harus kita renungkan apakah syetan tersebut menjauhkan diri kita melalui perkara yang menyeramkan? Sebagaimana kita membayangkan syetan tersebut dengan bentuk yang menyeramkan. Kiranya kita harus berfikir ulang kalaulah anggapan kita bahwa memang syetan itu menyeramkan, Buktinya pada saat ini makin banyak kemaksiatan, makin banyak orang yang senang akan kesesatannya, makin banyak orang bersemangat ketika melakukan kemunkaran. Kalaulah syetan itu memang seram munkin tidak akan ada fenomena seperti yang telah dipaparkan di atas. Malah sebaliknya, mungkin akan sedikit manusia yang terjerumus ke dalam tipu muslihatnya.

Kita perhatikan firman Allah sebagaimana dalam QS. al-A'raf ayat 16-17 yang artinya:  "Iblis menjawab: 'Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan             (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka muka dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at)."
 Dalam ayat di atas sudah jelas, bahwa syetan akan senantiasa menggoda kita sebagai manusia agar senantiasa jauh dari tabi'at atau fitrahnya, yaitu kebaikan.  

   Imam Ibnu Katsir menafsirkan dalam ayat ini: "akan mendatangi dari arah muka": bahwasanya  iblis akan membuat manusai ragu akan permasalhan akhirat. Sementara "akan mendatangi dari arah belakang": bahwa iblis akan membuat manusia cinta kepada dunia. Dari "sebelah kanan": dibuatnya urusan agama tidak jelas, dan dari arah "sebelah kiri": Manusia akan dibuat tertarik dan senang akan kemaksiatan.

   Dengan semua tekad tersebut dan ditambah strategi yang baik, banyak di antara kita akhirnya luluh dengan godaan si syetan tersebut. Contohnya ketika kita berjalan dengan  seseorang yang kita cintai dan pada saat itu kebetualan hanya berdua (walaupun sebenarnya Allah melihat). Seketika disana masuk sebuah perasaan yang sangat aneh tapi indah, seolah-olah datang sesuatu yang berbisik ke dalam lubuk hati kita."Tuh lihat orang yang kamu cintai, dia kelelahan dia mana bukti cintamu kepadanya bantu lah dia, bukankah saling membantu itu adalah perintah Allah?". Saat itu lah syetan mengeluarkan gombalan manis yang penuh keindahan seolah-olah hal tersebut adalah biasa, dan akhirnya kau pun menggenggam tangan lembut orang yang kita cintai dengan niat membantu kepada orang yang membutuhkan, dan kita kita berbisik di dalam hati: "karena sesungguhnya setiap amal itu tergantung apa yang dia niatkan". Seakan-akan bisikan yang dikutip dari hadits itu menjadi pendukung dari perbuatan kita tersebut (shiittlah), padahal mah itu teh...ya bisa nilai sendiri.

   Bahkan dikesempatan lainnya, ketika kita mendengar adzan subuh dipagi hari untuk menyongsong hari dengan penuh semangat, maka bisikan halus datang kedalam alam bawah sadar kita yang sebenarnya baru sadar. "Sudah tidur lagi saja, udaranya dingin lho......., nanti kamu terserang penyakit. Sudah gampang tunggu adzan selsai terlebih dahulu, nanti baru wudlu. Kalau sekarang masih dingin Allah juga pasti mengerti karena ini mudlarat". Ya seperti itu kira-kira kalau kita jabarkan. padahal kalau kita berfikir jernih, menggunakan akal plus iman yang bersih dan suci, apakah semua itu akan terjadi? Ketika kita bangun shubuh atau dini hari untuk melaksankan sepertiga malam, lalu berwudlu apakah kita akan mati kedinginan? Tentu saja tidak! Belum pernah ada satu pun judul di dalam koran, televisi, bahkan media online judul berita dengan caption :"seorang pria tewas membeku kedinginan akibat berwudlu di waktu subuh" belum pernah kan? Kalaulah ada saya berani pulang liburan ke Indonesia tahun ini.

Dari contoh tersebut, ternyata syetan itu menjerumuskan kita ke dalam kesesatan tidak dengan bentuk yang menyeramkan, mengerikan dsb. Tapi sebaliknya, begitu lembutnya syetan menggoda kita, membisikan hal yang begitu indah kepada kita, padahal tak terasa kita terjebak di dalam perangkapnya.

Pantas lah ketika kita akan membaca al-Quran atau sedang dalam keadaan marah juga pada saat dalam keaadaan situasi seperti diatas, Rasulullah memerintahkan keapda kita untuk melafalkan isti'adzah. Maka ketika datang rayuan dan gombalannya, bacalah: a'uudzubilahi mina as-syaithaanirrajiim, dan berteriaklah di dalam hati kita "OM SYETAN OM!!". Namun ketika isti'adzah tersebut malah tidak mempan untuk membentengi kita dari rayuan indah syetan, bisikan lah ke dalam hati kita : "OM SYETAN OM?". Wallaahua'lam bi as-shawab


#Bangopeng (24 Januari 2017)